Minuman Beralkohol Sulit Diperoleh, Pengusaha Hiburan Malam Menjerit dan Ribuan Karyawan Harap-harap Cemas

Ilustrasi minuman beralkohol di dunia hiburan malam (foto: istimewa)

MANADO-Minuman beralkohol satu bulan terakhir ini seperti menghilang di pasaran. Kondisi ini meresahkan kalangan pengusaha dunia hiburan malam.

Manajemen dan owner sejumlah café, hotel dan tempat karaoke di Manado menyebut situasi tak menguntungkan ini merupakan pukulan bagi dunia hiburan malam menjelang Natal dan tahun baru.

Mereka mengeluh dan menjerit. Ketiadaan minuman berdampak pada penurunan pengunjung di tempat usaha mereka.

“Kecuali bir, stok minuman lainnya habis dalam satu bulan terakhir. Di sini dan saya kira tempat karoke serta dunia hiburan malam lainnya mengalami hal yang sama,” ungkap salah satu pemilik tempat karoke yang meminta namanya tak dipublish kepada wartawan di Manado, Rabu (29/11/2017).

Ia mencoba mensiasati hal tersebut dengan meracik kopi atau teh ala rumah kopi. Namun, racikan itu tak disukai pengunjung.

“Tamu bilang menu tersebut tak cocok untuk suasana santai sembari mendengar atau menyanyikan lagu. Penikmat bir juga sangat terbatas sehingga pengunjung menurun drastis,” ungkapnya.

Beberapa manajer kafe dan hotel juga menyampaikan hal yang sama. “Dunia hiburan malam jadi suram kalau begini. Situasi ini juga bisa berdampak kurang baik pada sektor pariwisata. Padahal pemerintah kita tengah menggalakkan sektor pariwisata,” ungkap salah satu manajer.

Pantauan wartawan di beberapa  tempat karoke, hotel dan kafe, terlihat memang berkurangnya stok minuman keras.

“Kami dengar pabrik miras stok berproduksi sementara karena penjualan lesu. Penyitaan miras yang ditengarai ilegal juga menjadi salah satu faktor owner pabrik miras menghentikan  operasi mereka sementara. Apalagi sudah ada pemilik pabrik yang dijebloskan ke penjara. Para owner membangun soliditas dan mau memperlihatkan rasa sepenanggungan,” ujar Koordinator Wilayah (Korwil) KSBSI Sulut, Jack Andalangi.

Ia melihat sisi dari kondisi ini yakni kemungkinan hilangnya pekerjaan dari ribuan karyawan pabrik miras dan dunia hiburan. “Kalau pabrik tak beroperasi, otomatis karyawannya kehilangan pekerjaan. Begitu pula kalau income kafe, tempat karoke, hotel dan dunia hiburan malam berkurang karena pengunjung yang menurun pasti juga berakibat pengurangan karyawan. Masalah ini perlu disikapi bersama,” ujarnya.

Sebelumnya, beberapa media memberitakan penutupan beberapa pabrik miras. Di sisi lain Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kantor Wilayah (Kanwil) Sulawesi Bagian Utara (Sulbagtara) menyita 750 karton miras ilegal.

“Tindakan penyitaan ini dilakukan sejalan dengan komitmen Bea Cukai untuk melindungi masyarakat dari potensi bahaya yang ditimbulkan dari beredarnya barang-barang ilegal,” ujar Kepala Kanwil DJBC Sulbagtara, Cerah Bangun saat konfrensi pers di Gedung Keuangan Negara (GKN), Jalan Bethesda Kota Manado, Senin (27/11) lalu.

Sementara sejumlah karyawan pabrik miras sedang harap-harap cemas.  “Jika kondisi begini terus, kami terancam kehilangan pekerjaan,” kata Henri, salah satu karyawan pabrik miras di Manado. (rey/nji)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *