MANADO-Pemilu sejatinya adalah battle off ideas atau pertarungan ide. Penegasan tersebut disampaikan personil Komisi VII DPR RI Bara Hasibuan Walewangko saat bersantai dengan sejumlah aktivis di Manado, Sabtu (15/12/2018).
Karena itu putra Minahasa asal Sonder itu meminta para elite tak lagi menggunakan retorika ngeri atau kekerasan selama kampanye menyambut pemilu 2019. “Pemiu bukan pertarungan fisik hidup mati seperti dalam konteks Armageddon. Ini yang harus dipahami,” katanya.
Wakil rakyat terbaik 2018 dari daerah Nyiur Melambai di Senayan versi Sulut Press Club (SPC) itu berpendapat retorika-retorika yang mempromosikan kekerasan seperti potong leher, potong kuping dan armagedon harusnya tidak mempunyai tempat di Indonesia, terutama dalam konteks pemilu.
“Masyarakat kita masih rentan terhadap kekerasan. Demokrasi kita masih belum matang,” kata doktor lulusan Harvard University ini.
Mantan Sekjen DPP PAN yang diharapkan berbagai kalangan, khususnya masyarakat Indonesia Timur menjadi pimpinan DPR RI menggantikan Taufik Kurniawan ini mengaku kerap mendapat pertanyaan di daerah pemilihannya, Sulut soal retorika elit yang memunculkan kebingungan, kesedihan dan kemarahan.
“Para elite punya tanggung jawab dan peran penting. Mereka harus menginspirasi rakyat untuk memandang proses pemilu dengan cara-cara damai bukan kekerasqn,” ungkapnya.
Wakil Ketua DPP PAM ini mengajak semua elemen membangun kultur politik yang beradab berdasarkan kedewasaan dan kedamaian. “Tugas elit adalah itu, bukan mempromosikan kekerasan,” katanya. (*/nji)