Talaud, megamanado.com– Kakorotan adalah pulau terluar yang berbatasan langsung dengan Filipina. Masyarakat yang hidup di pulau ini ternyata sudah dua tahun tak dilayani kapal perintis.
Hal ini membuat warga Pulau Kakorotan mengalami kesulitan atau kesusahan berkepanjangan. “Karena tak ada kapal perintis, akses transportasi menjadi terhambat. Ini yang membuat kesulitan berkepanjangan,” kata Anto Riung, salah satu warga Kakorotan kepada media ini, Senin (28/9/2020).

Ia menyebut kasus kematian orang sakit cukup tinggi dibanding pulau atau daerah lainnta karena tidak adanya kapal penghubung laut antarpulau. “Warga butuh alat transportasi yang memadai ke pulau lain yang punya fasilitas kesehatan baik. Tak heran bila yang sakit ringan kemudian menjadi sakit parah, bahkan sampai meninggal karena akses transportasi yang tertutup,” ungkap Anto.
Ia mengakui kalau alat transportasi seperti pamboat. “Namun menggunakan pamboat butuh biaya besar. Warga rata-rata mengeluarkan Rp3 sampai Rp4 juta untuk bisa sampai di pulau yang mempunyai fasilitas kesehatan,” kata Anto.
Kesulitan lainnya soal stok kebutuhan pokok. “Warga Pulau Kakorotan sering kehabisan stok beras dan bahan pokok lainnya karena sulitnya akses transportasi,”ujarnya.
Ia berharap Kepala Syahbandar Laut Kabupaten Talaud segera berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan Laut (Kemenhub) untuk mengupayakan pelayanan kapal perintis di Pulau Kakorotan. “Kehadiran kapal perintis akan membuka askes transportasi bagi warga Kakorotan,” ucapnya. (jun)