Oleh: Jevry Paat SPd
Pada dasarnya, Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) menjelaskan Kurikulum [kurikulum ku.ri.ku.lum] yakni, (1) perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan; (2) perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus.
Adapun dijabarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013.
Dijelaskan kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan di era-modern saat ini sesuai program pemerintah adalah wajib belajar bagi seluruh anak-anak di Indonesia dengan memprioritaskan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), sebagai sarana pendidikan yang berbasis Kompetensi dengan tujuan menghasilkan peserta didik yang siap bekerja dan dapat membuka lapangan kerja (memiliki jiwa wirausaha).
Lebih lanjut, (guru-guru produktif/peminatan, istilah yang sekarang digunakan untuk “pendidik” yang dengan basic Kejuruan, contoh seperti Guru Produktif dengan latar Sarjana Pendidikan dengan Keahlian Tata Boga, Guru Teknik Kendaraan Ringan, Guru Akuntansi, Guru Tata Busana, Guru Administrasi Perkantoran, dan lain-lain), harus menyesuaikan dengan keadaan dimana setiap Keputusan yang dikeluarkan oleh pemangku kepentingan harus segera dilaksanakan.
Oleh sebab itu, proses pembelajaran di tingkat SMK memiliki keunikan tersendiri, dimana pola yang dilaksanakan ialah para peserta didik akan menempuh pembelajaran secara regular di Sekolah dan wajib melaksanakan kegiatan praktik kerja industri (Prakerin), hal ini diatur dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK), berdasarkan Bidang Keahlian dan Kompetensi keahlian yang diminati. Sementara itu perkembangan pradigma di dalam dunia pendidikan Kejuruan pada pola rasional Pengembangan Kurikulum dibagi kedalam beberapa aspek
- (Tantangan Internal) Ini merupakan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan untuk memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. Selanjutnya, b. Tantangan Eksternal Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Serta Tantangan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, dan pengaruh imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Lebih jauh, keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. Paradigma baru pengembangan KURIKULUM 2013, SMK mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar Mata pelajaran; kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar Mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). Tujuan KURIKULUM 2013, Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. telah kita simak dan ketahui bersama tentang situasi pendidikan SMK pada era 1990-an hingga memasuki tahun 2000, dengan berbagai kontribusi yang berdampak menggambarkan kemajuan drastis pada masa itu, dari sisi minat dan hasil yang tergambarkan pada keadaan dunia industri yang banyak merekrut tenaga kerja handal dengan berbagai kompetensi/skill yang dihasilkan oleh produk-produk SMK,
“Sebagai alumni Sekolah Menengah Kejuruan kita patut bangga dan bersyukur bisa menjadi bagian dari SMK, jadi kita teruskan tongkat estafet masa depan bangsa pada anak cucu kita agar dapat menapakkan kaki mereka mengikuti jejak kita pendahulu-pendahulu yang sukes dan berhasil sebagai produk SMK yang berkualitas dan berguna bagi bangsa dan Negara.” Setidaknya kita dapat bekerja meskipun tidak sesuai dengan bidang kita tapi kita juga yang mempelopori jiwa bekerja untuk menopang kehidupan kita kini. Pendidikan kejuruan dalam proses pengembangan kurikulum SMK dan peran dunia usaha dan dunia industri (dudi) dalam pendidikan; terkait penjelasanan sebelumnya maka penyelarasan pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri, argumen untuk yang mengomentari adalah Sekolah tidak dapat lagi kita pikirkan sebagai suatu lembaga sosial yang berdiri sendiri, terlepas dari lembaga-lembaga sosial lain. Sekolah harus kita pandang sebagai suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat yang ada di sekitarnya, baik masyarakat lokal, maupun masyarakat daerah atau masyarakat nasional. Untuk melihat hubungan antara dunia pendidikan dan DUDI (dunia usaha dan dunia industri), penulis melakukan pendekatan melalui studi kasus dari beberapa negara tetangga yang menjadi tolak ukur dalam menyelarasan pendidikan dan DUDI yang dilihat dari beberapa aspek yaitu sebagi berikut : Peran Sosial Ekonomi Pendidikan dan DUDI merupakan sisi mata uang yang jelas keduanya tidak dapat dipisahkan. Gambaran peran DUDI di Malaysia dalam konteks penyediaan Kolej Kediaman atau asrama di UUM di Malaysia merupakan hubungan sinergis yang sangat menunjang peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan menghasilkan lulusan yang akan digunakan oleh DUDI. Artinya, kualitas hasil pendidikan akan mempengaruhi kualitas DUDI. Dengan ini sudah barang tentu DUDI tidak pantas hanya menengadahkan tangannya ke atas, menunggu turunnya kualitas lulusan yang bermutu untuk menjadi SDM-nya. Minimal 5% dari dana keuntungan DUDI sepantasnya untuk dapat dialokasikan untuk pendidikan. Di beberapa perusahaan korporasi di Jepang, misalnya yang tergabung dalam KEIDANREN atau semacam KADIN di Indonesia telah mengalokasikan dana khusus untuk pembangunan masyarakat, khususnya pendidikan. KEIDANREN Jepang mempunyai program untuk mengirimkan para guru dari Indonesia untuk memperoleh pelajaran dari Jepang bahwa Jepang pada saat ini adalah bukan lagi sebagai Jepang seperti pada masa-masa Perang Dunia II. Biaya perjalanan sampai dengan akomodasi sampai dengan uang saku para guru
semuanya ditanggung oleh KEIDANREN. Tergabung dalam KEIDANREN ini adalah perusahaan raksasa multinasional milik Jepang, seperti Marobeni, Mitsubishi Heavy Industry, dan masih banyak yang lain. Contoh lainnya di Indonesia, perusahaan Berau Cool, perusahaan batubara di Kalimantan Timur memiliki satu devisi yang amat terkenal dengan nama Community Development (COMDEV) yang tugasnya melakukan pembangunan masyarakat, termasuk di dalamnya mengadakan diklat bagi guru-guru sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah, kerja sama dengan Lembaga Inservice Training yang ada. Ø Peran Sosial Budaya Dibandingkan dengan institusi birokrasi yang ada, lembaga bisnis yang amat kita kenal sebagai DUDI adalah memiliki karakteristik sebagai institusi yang sangat berorientasi kepada aspek kualitas, dan aspek keuntungan. Fasilitas modern DUDI dapat menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Budaya kerja DUDI juga demikian. Keuntungan DUDI yang telah go internastional lebih-lebih lagi, seperti PT Sampoerna, PT. Indofood, dan masih ada sederet perusahaan lain yang bertaraf internasional. Pada umumnya mereka telah memiliki standar mutu internasional dengan ISO-nya. Maka untuk meningkatkan SDM semua elemen yang terkait dengan DUDI harus bersinergi adapun, ketiga elemen tripusat pendidikan (bagan paradigma hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat DUDI) harus dalam sinergi untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan, dan dengan layanan pendidikan yang bermutu, akan dihasilkan lulusan yang bermutu, dan dengan lulusan yang bermutu itulah yang kemudian akan direkrut oleh DUDI untuk menjadi SDM yang bermutu yang akan mengabdikan diri untuk DUDI. Sudah saatnya kita bersatu, bekerjasama, saling membantu dan saling memperkuat sektor yang sudah baik untuk kemajuan bangsa. Pembangunan merupakan proses terus menerus untuk mencapai kesempurnaan, pembangunan di Indonesia mencakup berbagai sektor salah satu diantaranya adalah sektor pendidikan. Peranan sektor pendidikan dalam mempersiapkan sumber daya tersebut diatas tidak dapat diabaikan. Program pendidikan harus berorientasi pada kebutuhan pasar kerja. Demikian pula produk yang dihasilkan oleh dunia usaha
merupakan konsumsi masyarakat luas. Dengan demikian proses pelatihan akan memberi arti pada pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional. Dengan kebijaksanaan Dinas Pendidikan Nasional tentang pendekatan Pendidikan dengan Sistem Ganda sebagai pola utama penyelenggaraan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas tamatan agar lebih sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Pembangunan Nasional pada umumnya, dan kebutuhan ketenaga kerjaan pada khususnya, sebagai bagian tak terpisahkan dari kebijaksanaan Link and Macth yang berlaku bagi semua jenis jenjang pendidikan di Indonesia. Munculnya gagasan Link and Macth (keterkaitan dan kesepadanan) ternyata telah membuka peluang bagi pihak pelaksana pendidikan khususnya Pendidikan Menengah Kejuruan untuk memungkinkan bekerja sama dengan Dunia Usaha dalam membina dan mengembangkan potensi di lapangan. Link and Macth juga memberi kesempatan bagi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), untuk mengembangkan kreatifitas belajar pada wahana pendidikan yang lebih realistis. Pihak Sekolah Menengah Kejuruan harus dapat memanfaatkan Dunia Usaha ini sebagai wahana pelatihan yang paling efektif bagi pembentukan ketrampilan dan sikap profesional para lulusan. Dengan adanya kesepakatan kerjasama antara pihak Sekolah dengan Dunia Usaha maka Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) para peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai persiapan memasuki bursa kerja. Proses kegiatan Belajar Mengajar seperti ini disebut Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Pada prinsipnya Pendidikan Sistem Ganda adalah kerja sama dengan Dunia Usaha/ Dunia Industri yaitu saling membantu, saling mengisi dan saling melengkapi untuk meraih keuntungan bersama. Selagi Pendidikan Sistem Ganda tidak menjadi beban Dunia Usaha/Dunia Industri, kerja sama tersebut dapat ditumbuh kembangkan sekaligus sebagai wujud atau peran serta Dunia Usaha/ Dunia Industri dalam pembangunan Nasional pada umumnya dan pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda khususnya. Dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda guru merupakan kunci keberhasilan pendidikan formal sebab secara dinamis tuntutan mutu lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dipengaruhi oleh kualitas gurunya. Perkembangan teknologi di Dunia Usaha dan Dunia
Industri sangat pesat maka dirasakan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan masih perlu secara dinamis ditingkatkan kemampuannya agar memenuhi kesempatan kerja. Disadari bahwa penyiapan Sumber Daya Manusia yang tangguh sebagai modal pembangunan yang produktif adalah menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat dan keluarga. Maka dukungan semua pihak untuk menyelenggarakan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan yang dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan misinya yang diperlukan. Kreatifitas guru dalam mempersiapkan bahan ajar sangat menentukan kebutuhan pengetahuan sebagai kesiapan diri pada peserta didiknya untuk memasuki lapangan kerja dan kehidupan masyarakat dikemudian hari. Selanjutnya pelaksanaan pendidikan di Dunia Usaha/Dunia Industri disebut Praktik Kerja Industri yang disingkat PRAKERIN, sedangkan pelaksanaan pendidikan di sekolah adalah Proses Belajar Mengajar yang disingkat dengan PBM dengan jam-jam pelajaran yang telah ditentukan. Kurikulum sangat penting ketika peserta didik berkesempatan dalam menuntut ilmu di Sekolah Menengah Kejuruan, dimana menata kemampuan mereka (siswa) dari sisi Kognitif, Afektif dan Psikomotor; membentuk Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan mereka saat kurang lebih 3 (tiga) tahun belajar di Sekolah Menengah Kejuruan, dan hal ini akan menjadi bekal mereka saat akan menatap dunia kerja yang merupakan tantangan bagi alumni SMK, terlebih dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Kurikulum dalam pelaksanaan Pendidikan Kejuruan sangat berkaitan erat, dimana output yang diharapkan dari setiap Kompetensi Keahlian yang dilayani pada setiap SMK (diantaranya; SMK Bidang Teknik, SMK Bidang Manajemen dan Bisnis, SMK Bidang Seni, Kerajinan dan Pariwisata, SMK Bidang Kemaritiman, SMK Bidang Pertanian, dll), hal ini disebabkan karena kebutuhan dunia usaha dan dunia industri yang berkembang sehingga membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya serta memiliki lisensi yang tersertifikasi dan terakreditasi secara hukum, sehingga secara langsung pengaruh kurikulum sangat menentukan kualitas terhadap sebuah proses pembelajaran bagi sekolah kejuruan. Seiring berkembangnya berbagai industri di tanah air mengharuskan pemerintah membuka lembaga Pendidikan yang signifikan dan kompeten di bidangnya dimulai dengan penyediaan sarana dan prasarana, tenaga pendidik, satuan pendidikan, kelembagaan serta menjalin kemitraan dengan stakeholder terkait. Para generasi sekarang ini sudah sangat erat
pemanfaatan teknologi yang serba canggih, dan cepat dalam hal informasi, peserta didik pun cenderung lebih mudah mengakses berbagai kebutuhan dalam hal sosial media dalam kegiatan belajar mengajar mengenai pengetahuan kompetensi yang mereka geluti. Kurikulum di tingkat Sekolah Kejuruan dan Dudi (Dunia Usaha dan Dunia Industri), merupakan sebuah magnet yang tak dapat dipisahkan dalam medan Pendidikan, karena tujuan SMK adalah menyiapkan tamatan yang kompetitif, Produktif, Siap Kerja dan dapat bersaing dalam dunia kerja, artinya life skill berdasarkan Kompetensi Keahlian seperti contoh Jasa Boga (menjadi Chef dan waiter yang profesional), Tata Busana (Tailoring/Perancang Busana), dan lain-lain berdasarkan ilmu yang diperlajarinya di SMK, selain mendapatkan Pembelajaran Normatif dan Adaptif yang merupakan bidang studi wajib yang ada dalam ranah Pendidikan Menengah. Hal ini berbeda dengan manusia pada umumnya yang hanya dapat mempelajarinya secara otodidak tanpa menempuh pendidikan SMK, artinya ilmu dasar lulusan SMK tidak sama dengan yang lulus dari sekolah menengah lainnya itulah fakta yang ada, sehingga mutu dari siswa SMK dapat terjaring melalui berbagai kompetensi dan dalam wadahnya terdapat seleksi melalui Lomba Kompetensi Siswa (LKS) yang dimulai dari tingkat Sekolah se-Kabupaten/Kota, tingkat Provinsi sampai ke tingkat Nasional untuk selanjutnya menuju ke tingkat Asean hingga ke tingkat Global (Dunia), ASC (Asean Skill Competition). Indonesia merupakan salah satu Negara di Asia Tenggara yang termasuk dalam cakupan Asean, sejak tahun 2016 ini akan menghadapi program yang telah menjadi Agenda utama Negara-Negara Asean yaitu MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), hal ini memacu Pemerintah Indonesia dalam menggalakkan pengetahuan dalam berbagai aspek kerja kepada masyarakat Indonesia, pada dunia pendidikan lebih giat menghasilkan alumni-alumni SMK yang siap berkerja dan berlisensi kompetensi melalui program Kementeriaan Pariwisata dengan pelaksanaan kegiatan Uji Sertifikasi Kompetensi yang dalam hal ini dikemas dalam sistem Ujian Kompetensi Keahlian yang diupayakan menyentuh sampai ke pelosok Sekolah Kejuruan yang ada di Seluruh Indonesia. Faktor Kurikulum yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan di SMK akan sangat berpengaruh dalam kelangsungan kegiatan belajar mengajar yang akan diberikan kepada peserta didik. Sumber daya tenaga pengajar serta sarana dan prasarana harus segera ditingkatkan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Pada Kabinet Kerja telah mencanangkan penyederhanaan
Kurikulum 2013 bagi seluruh Sekolah di Indonesia termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kurikulum yang menjadi Standar Pembelajaran di Semua ranah pendidikan Menengah, semoga hal ini dapat di implementasikan dengan sebaik-baiknya, dan nantinya sumber daya (para pendidik) tetap fokus dalam menerjemahkan setiap administrasi guna menyelaraskan program pemerintah dalam menjadikan peserta didik yang kompetitif dan terampil dan siap kerja. Kurikulum dan Dunia Usaha dan Dunia Industri tak akan lekang oleh berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, dengan aturan yang jelas dan dengan pelaksanaan yang tertata baik dan signifikan maka hasil akhir yang akan menentukan keterampilan dalam menjadikan tujuan kurikulum sebagai sarana meningkatkan Pengetahuan (Kognitif), Sikap (Afektif), Psikomotor (Keterampilan). Dunia kerja merupakan kegiatan nyata bagi para pencari kerja setidaknya dengan adanya kurikulum dan keadaan global dunia saat ini yang cenderung mengutamakan Skill dan Knowledge serta yang paling utama ialah Faith yang melandasi sikap paling utama dari semuanya, maka diyakinkan bahwa setiap sumber daya manusia yang kompeten akan sangat berharga dan terpakai baik dan dapat dipercaya dimanapun dan kapan pun dia mengaktualisasikan diri. Hal ini hanyalah merupakan penggalan pemikiran disertai dengan berbagai persepsi yang penulis temui secara lisan di lingkungan masyarakat, didukung dengan berbagai sumber dari para ahli yang berkaitan dengan judul artikel ini Pendidikan Kejuruan dalam proses pengembangan kurikulum SMK dan peran Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) dalam pendidikan. Dan sebagai bagian dari pelaku pendidikan di salah satu SMK, pada Bidang Keahlian Pariwisata di Kabupaten Kepulauan Sangihe, sebagai Pendidik saya melihat kecenderungan para orang tua yang masih tidak dapat melihat dengan jelas akan peluang bagi putra-putri mereka karena industri yang berkembang saat ini di Provinsi Sulawesi Utara salah satunya ialah dari sektor Pariwisata, seiring dengan itu lapangan kerja sangat terbuka dan membutuhkan tenaga lulusan SMK Bidang Keahlian Pariwisata Akomodasi Perhotelan, bagaimana dengan rekan sejawat di daerah masing-masing, apakah terdapat permasalahan yang masih menjadi boomerang bagi kita sebagai pelaku pendidikan di bidang Kejuruan, jangan sampai kita hanya menjadi guru yang statis terhadap perkembangan dunia Pendidikan Kejuruan, serta jangan di sibukkan dengan proses pelaksanaan administrasi pada kurikulum yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan,
akan tetapi terus berusaha dalam mengembangkan kompetensi secara pribadi guna kemajuan Pendidikan Kejuruan. Semoga dengan perkembangan industri yang ada dapat menjadikan kebutuhan Pendidikan Kejuruan sangat diminati oleh peserta didik, dan tentunya disertai dengan dukungan dari masyarakat, orang tua dan pemerintah. (***)