Bekali Siswa dengan Kewirausahaan, SMKN 3 Siap Sambut Pasar Tenaga Kerja ASEAN

Kepala SMKN 3 Manado, Frolly Anthoneta Togas (foto:buf)

MANADO-Pentingnya penyediaan sumber daya manusia (SDM), yang terampil diwujudkan pemerintah melalui kebijakan peningkatan mutu pendidikan kejuruan yang memberi perhatian pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Disampaikan Kepala SMKN 3 Manado Dra Frolly Anthoneta Togas MPd, pengembangan SMK saat ini mulai bergerak dari orientasi pasar tenaga kerja lokal kepada pasar tenaga kerja ASEAN dan menyambut masyarakat ekonomi ASEAN (MEA), serta mempersiapkan para lulusan dengan pembekalan karakter kewirausahaan (entrepreneurship).

Read More

Olehnya  teaching factory diterapkan sebagai kurikulum. Alasannya SMKN 3 Manado merupakan sekolah industri. Sistem ini juga menjembatani kesenjangan kompetensi antara pengetahuan yang diberikan sekolah dan kebutuhan industri.

“Teaching factory merupakan pengembangan dari unit produksi yakni penerapan sistem industri mitra di unit produksi yang telah ada di SMK,” terangnya Jumat (21/9/2018)

Konsep ini, lanjut dia,  mampu menambah penghasilan sekolah yang dapat digunakan dalam upaya pemeliharaan peralatan, peningkatan SDM, dan lain-lain. Juga untuk memberikan pengalaman kerja yang benar-benar nyata pada siswanya.

Penerapan unit produksi sendiri memiliki landasan hukum yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 pasal 29 ayat 2. .  Landasan ini untuk mempersiapkan siswa sekolah menengah kejuruan menjadi tenaga kerja, pada sekolah menengah kejuruan dapat didirikan unit produksi yang beroperasi secara profesional.

Sementara untuk SMKN 3, kata Frolly sudah melaksanakannya. Jurusan Tata Boga langsung mengawalinya dengan menjalin kerjasama dengan beberapa perusaha kue dan roti. “Konsep ini sudah diterapkan dan beberapa perusahan pembuat makanan sudah bekerjasama dengan kami,” ungkapnya.

Hasil dari Teaching Factory diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dari sekedar membekali kompetensi (competency based training) menuju ke pembelajaran yang membekali kemampuan memproduksi barang/jasa (production based training).

“Saya berharap konsep ini dapat mempersiapkan seluruh siswa untuk menjadi pengusaha muda berkualitas. Ini juga sudah diterapkan di semua jurusan,” bebernya.

Menurutnya, hubungan kerjasama antara SMK dengan industri dalam pola pembelajaran Teaching Factory akan berdampak positif  membangun mekanisme kerjasama (partnership), secara sistematis dan terencana didasarkan pada posisi tawar win-win solution.

“Penerapan pola pembelajaran Teaching Factory merupakan interface dunia pendidikan kejuruan dengan dunia industri, sehingga terjadi check and balance terhadap proses pendidikan pada SMK untuk menjaga dan memelihara keselarasan (link and match) dengan kebutuhan pasar kerja,”ulasnya. (buf)

 

 

 

Yuk! baca berita menarik lainnya dari MEGA MANADO di GOOGLE NEWS

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *