TAHUNA-Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki pangan lokal yang cukup berlimpah. Memaksimalkan potensi tersebut, Bupati Jabes Gaghana dan Wakil Bupati Helmut Hontong menggaungkan program dua hari tanpa nasi dalam seminggu atau two days no rice.
Program ini diharapkan dapat memicu kreasi menu pangan lokal berbahan dasar selain beras dan terigu seperti pisang, ubi, jagung dan sagu.
“Kita tidak bisa selamanya bergantung terhadap nasi tetapi menggantinya dengan kearifan lokal yang kita miliki. Karena itu setiap keluarga perlu mengkreasikan menu pangan lebih beragam dan bergizi,” kata Jabes kepada wartawan di Tahuna, Rabu (8/11/2017).
Program ini juga sebagai upaya percepatan diversifikasi pangan mengingat pola konsumsi pangan di berbagai daerah, termasuk di Tahuna belum beragam dari jenis pangan dan keseimbangan gizinya.
“Upaya menurunkan konsumsi beras dan terigu harus diikuti dengan penyediaan pangan karbohidrat dari pangan lokal seperti sagu, ubi-ubian, pisang dan sebagainya,” ucapnya.
Pemkab Sangihe akan menggencarkan program ini ke semua lapisan masyarakat. “Ketergantungan masyarakat terhadap nasi dapat dikurangi melalui program ini,” ujar Wakil Bupati Helmut Hontong.
Program ini memacu beberapa instansi terkait untuk menyiapkan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. “Ketersediaan bahan pangan lokal mencukupi untuk masyarakat. Tugas kami adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya petani untuk mengelola tanaman yang ada dengan baik,” ungkap Kepala Dinas Pangan Kabupaten Kepulauan Sangihe, Ir.H.Salindeho,ME.
Ia melihat banyak petani tak menyadari potensi tersebut. “Kebanyakan hasil pertanian hanya untuk konsumsi, padahal bisa digenjot untuk menghasilkan uang demi memenuhi kebutuhan lain,” ucap Salindeho. “Program dua hari tanpa makan nasi juga bisa mengajarkan hidup hemat kepada masyarakat,” kata dia lagi.
Terpisah Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Velenia Maheso juga menyatakan siap menyukseskan program yang digagas duet Jabes dan Helmut tersebut. Ia juga akan memberikan tempat yang layak untuk penjual yang selama ini membuka jualan di pinggiran jalan. Kebanyakan adalah pedagang pangan lokal. “Akan diatur sebaik mungkin, sehinga tidak ada lagi penjual di pinggir jalan semua akan diberikan tempat. Kita ingin semua kebutuhan untuk pangan lokal tersedia di Pasar Towoe,” ujarnya. (egi)