MANADO-Pembebasan lahan dan pengerjaan jalan tol dengan banderol triliunan rupiah ikut menjadi perhatian banyak kalangan, tak terkecuali aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Jefrey Sorongan. Ia menyayangkan tersendatnya pengerjaan jalan tol dan lambatnya pembebasan lahan serta banyaknya keluhan warga soal jalan nasional yang mulai rusak.
Jefrey berpendapat munculnya permasalahan itu sebagai bentuk kegagalan Kepala BPJN XV, Riel Mantik dalam menjalankan tugas.
“Banyak warga yang menyampaikan jalan berlubang di beberapa titik. Memang BPJN melakukan penambalan, tapi itu tak dianggarkan sehinggan terkesan asal jadi,” kata Jefrey kepada wartawan di Manado, Jumat (3/11/2017).
Pria yang sudah beberapa kali menghadiri seminar buruh internasional di Prancis dan Belgia ini juga mengaku turun langsung meninjau pelaksanaan proyek jalan tol yang sedang digarap PT Sino Road asal Cina dan PT Hutama Karya. Dari pantauannya itu ia berkesimpulan kalau ada sesuatu yang tak berjalan sebagaimana mestinya.
“Pekerjaan jalan tol agak tersendat. Beberapa subkon mengeluh karena belum dibayar dan gambar yang berubah-ubah serta ada keluhan soal pembebasan lahan,” ucapnya.
Jefrey menilai BPJN XV tidak melakukan pengawasan dengan baik. “Penimbunan jalan tol itu seharusnya menggunakan siput. Tapi, kami belum menemukan penggunaan siput di jalan. Mudah-mudahan data kami keliru. Tapi, seandainya data kami benar maka kualitas jalan tol ini layak dipertanyakan,” ungkapnya.
Ia menuturkan sudah beberapa kali hendak menyampaikan permasalahan-permasalahan tersebut kepada Kepala BPJN. Namun, ruang komunikasi dengan publik tak diberikan. “Kepala BPJN harusnya peka dan mau berdiskusi dengan semua kalangan yang punya kerinduan membangun bangsa dan negara. Kritik itu dilayangkan publik sebagai bentuk berpartisipasi dalam pembangunan, supaya jalannya pembangunan lebih baik,” ucapnya.
Jefrey mengapresiasi Kepala BPJN XV sebelumnya, Atyanto Busono yang selalu membuka ruang berdiskusi dan mau mendengarkan masukan. “Hanya tujuh bulan di BPJN XV, tapi Atyano sukses mengemban tugas. Namanya harum karena capaian prestasinya tersebut,” katanya.
Aktivis vokal ini menilai Kepala BPJN XV saat ini terkesan tak kooperatif dengan Gubernur Sulut, Olly Dondokambey sebagai perwakilan pemerintah pusat di daerah Nyiur Melambai.”Kalau tak kooperatif, atau pandang enteng begitu, berarti secara tidak langsung ia mengangkangi kebijakan Presiden Jokowi mempercepat pemerataan pembangunan,” ujar Jefrey lagi.
Sayang sampai berita ini diturunkan, Kepala BPJN Riel Mantik tak bisa dihubungi. “Bapak banyak tugas,” kata salah satu staf di BPJN XV kepada warrtawan di kantor BPJN yang terletak di bilangan Minut, tepatnya di jalan Manado-Bitung.(rey/nji)