TONDANO-Tiga nama yakni Jantje Wowiling Sajouw, Ivan Sarundajang (Ivansa) dan Youla Lariwa Mantik paling santer dibicarakan untuk memimpin Minahasa Induk (Minduk) periode 2018-2023. Dua nama pertama saat ini menjabat sebagai Bupati dan Wakil Bupati Minahasa.
Baik JWS maupun Ivansa memang sudah digadang-gadang para pendukung keduanya maju untuk posisi papan satu sejak lama. Posisi tengah menjabat memberi keuntungan bagi keduanya, khususnya dari aspek popularitas. Tak perlu sosialisasi, JWS dan Ivansa sudah dikenal semua warga Minahasa.
Nah, nama YLM yang menyeruak di antara keduanya termasuk fenomenal. Fenomenal mengingat YLM tak banyak gembar-gembor akan ikut bertarung dalam perhelatan pesta demokrasi terbesar di Minduk.
Kemunculan srikandi pengagum Maria Walanda Maramis dan R.A Kartini memang unpredictable atau di luar prediksi. Ia ‘menenggalamkan’ figur-figur lawas yang juga sudah mensosialisasikan diri maju di Pilkada Minahasa.
Fenomena ini menjadi perhatian khusus akademisi Unsrat, DR Maxi Egetan. “Saya baca di media, YLM mengerucut di tiga besar kandidat paling diidamkan memimpin Minahasa periode 2018-2023. Saya kira ini kejutan,” kata Maxi saat dihubungi Selasa (19/9/2017) pagi.
Dia menilai JWS, Ivansa dan YLM punya kans menang dalam pertarungan 2018 nanti. “Strategi, visi dan misi serta kekuatan finansial akan sangat menentukan,”ucapnya.
Mantan aktivis Mapala ini menyebut YLM punya keuntungan dibanding dua pesaingnya itu. “Seperti ada kesadaran dan gerakan untuk memberi kesempatan kepada kalangan perempuan memimpin Minahasa. Maklum, sejak Minahasa berdiri belum pernah ada bupati perempuan. Dengan pembangunan yang tak memperlihatkan kemajuan signifikan, maka wacana memberi kesempatan kepada kalangan perempuan terus disuarakan. Sentuhan wanita diharapkan bisa membawa perubahan,” Maxi menguraikan.
Gerakan itu, lanjut dia, makin kuat setelah YLM hadir dan menyatakan diri siap maju. “YLM enerjik, cerdas dan luwes dalam bergaul. Ia juga visioner dan berjiwa sosial. Oleh banyak kalangan, YLM dianggap figur tepat untuk memimpin Minahasa,” ungkapnya.
Maxi mengemukakan YLM bisa mengikuti jejak Telly Tjanggulung atau T2 (Mitra), Christina Euginia Paruntu atau CEP (Minsel) dan Vonny Anneke Panambunan (VAP) untuk Minut. Ketiganya terbilang sukses melakoni tugas sebagai bupati di daerah masing-masing.
“Kepemimpinan ketiganya cukup baik. Di Tomohon juga ada Wakil Wali Kota, Syerly Adelyn Sompotan (SAS) yang cukup menyita perhatian dengan terobosan-terobosan yang dilakukannya. Bukan tak mungkin Minahasa juga akan memilih YLM, bercermin dari sukses daerah pemekaran,” kata Maxi.
Gerakan untuk memunculkan pemimpin bupati perempuan memang sedang hangat di Minahasa. “Beberapa tahun dipimpin laki-laki, Minahasa tak mengalami kemajuan. Saatnya memberikan kesempatan kepada perempuan,” ujar Jefri Manorek, warga Sonder.
Menurut Jefri, kelebihan perempuan adalah konsisten dalam perencanaan program. “Lihat saja dalam satu rumah tangga, istri pasti mengamuk kalau program yang sudah ia susun tak dijalankan suami. Perempuan sangat konsisten,” kata Jefri. (rls/nji)