TONDANO-Tata kelola perguruan tinggi yang baik dan bersih merupakan cita-cita mulia Rektor Unima Prof Julyeta P. A Runtuwene. Dalam konteks itu, ia membentuk tim saber pungli untuk memberantas berbagai bentuk pungutan yang menyusahkan mahasiswa di universitas yang dipimpinnya itu.
Runtuwene juga sudah mengeluarkan edaran dan instruksi untuk membantu tim saber pungli melenyapkan pungli dari Unima. Hanya saja, kebijakan Runtuwene tak didukung sejumlah bawahannya. Praktek pungli ditengarai masih berlangsung di salah satu perguruan tinggi ternama di Sulut itu.
Contohnya, tak sedikit laporan, masih ada oknum dosen yang memeras mahasiswa dalam proses akademik. Demikian pula ketika menempuh tahapan jenjang ujian, mahasiswa harus berhadapan dengan berbagai macam biaya pendaftaran.
Pungutan pendaftaran ujian, memang jelas adalah pungli. Dalam surat edaran Unima nomor 3374/UN41/PS/2016 tertanggal 26 April 2016, tegas ditulis bahwa pungutan ujian dilarang, termasuk biaya konsumsi serta biaya lain-lain.
Demikian pula dalam surat edaran terbaru kemenristekdikti nomor 108/B/SE/2017. Dosen sebagai role model bagi mahasiswa, ditegaskan untuk menjaga integritasnya. Dosen dilarang menerima atau meminta hadiah, gratifikasi, pemberian apapun dari mahasiswa atau siapapun yang berhubungan dengan tugasnya sebagai dosen.
Sebaliknya, mahasiswa juga dilarang memberi hadiah, gratifikasi, pemberian apapun kepada dosen dengan alasan apapun. Pelanggaran terhadapnya, akan dikenakan sanksi.
“Namun edaran dari kemenristekdikti ini seperti dianggap sampah. Buktinya saat ini masih banyak laporan pungutan saat ujian. Bahkan heboh saat ini ada oknum dosen yang meminta uang, barang, hewan, hingga menyuruh mahasiswa mencuci baju, dengan iming-iming akan diberikan nilai. Ini mencoreng citra dan wibawa Unima. Memalukan!” kritik Alen, David, dan Meilan mahasiswa Unima beberapa waktu lalu.
Karena itu, tak tanggung-tanggung, mereka meminta Menristekdikti Mohammad Nasir untuk langsung saja turun tangan mengatasi pungli di Unima. Karena menurut mereka, pungli di perguruan tinggi yang seharusnya menjadi basis kekuatan moral, sangat berbahaya.
“Pak Presiden Jokowi saja turun langsung memerangi pungli. Karena pungli bukan masalah sepele. Jangan dianggap enteng. Tak sedikit mahasiswa yang putus kuliah karena tak mampu ekonomi. Apalagi bila ditambah beban pungli. Sedangkan gaji dan tunjangan dosen saat ini cukup bahkan sangat besar. Di mana hati nurani mereka?” tutur mahasiswa mempertanyakan.
Menjadi ekspektasi besar mahasiswa agar istri tercinta Wali Kota Manado, Vicky Lumentut ini dapat mendobrak pungli ini, yang sangat merusak mutu pendidikan dan citra Unima. Pada banyak kesempatan, rektor perempuan pertama Unima ini menyatakan tekadnya untuk memutus rantai pungli.
Runtuwene memperingatkan, siapapun di Unima tidak boleh menginisiasi atau bahkan melakukan pungutan liar.
“Saya menegaskan tidak ada lagi pungutan liar. Dengan uang kuliah tunggal, semestinya tidak boleh ada lagi. Saya meminta sebagai rektor, tidak boleh ada pungutan,” kata Runtuwene.
Tak hanya melalui perantara, rektor mengatakan akan serius mengawasi ini secara langsung. “Saya akan mengawasi langsung. Saya akan turun ke fakultas-fakultas dan memastikan tidak ada lagi pungutan,” imbuh Runtuwene ketika itu.
Bila memang terjadi pungutan yang tak terdeteksi olehnya, rektor mendorong mahasiswa yang menjadi korban agar melaporkan itu langsung kepadanya. “Saya akan mem-publish nomor handphone saya. Kalau ada keluhan, silahkan sms. Aduan akan diterima dan pasti di-follow up,” kata Runtuwene.(yam).