AMURANG-Sembilan bulan di Sulut, peneliti asal Inggris Chaspian Johnson semakin mencintai Yaki, hewan yang memiliki ciri khusus berwarna hitam pekat dengan jambul di bagian kepala. Dia pun makin getol berkampanye melindungi hewan yang hampir punah tersebut.
“Sudah lama saya memberi perhatian khusus terhadap keberadaan Yaki. Populasinya semakin hari semakin berkurang,” kata Johnson ketika dihubungi media ini, Sabtu (6/5/2017).
Dia menyebut ada sekitar 3.000 hingga 5.000 Yaki di hutan Sulut, terbesar di Tangkoko. Sisanya di Kabupaten Minsel seperti di Hutan Gunung Sampiri, Desa Kakenturan.
“Yaki ini ada juga di Bacan, Halmahera Selatan. Kemungkinan ada orang yang membawah ke daerah tersebut,” ucap Johnson.
Dia berharap kedepan kesadaran warga Nyiur Melambai untuk melindungi Yaki semakin besar. “Saya saja yang berasal dari Inggris mau dan ingin melestarikan Yaki. Warga Sulut harusnya bangga dengan satwa yang satu ini karena hanya dimiliki di daerah ini,” katanya.
Dia memuji Yayasan Selamatkan Yaki yang menggelar Live Talk’s Show dengan Dinas Lingkungan Hidup Polres Minsel dan masyarakat Minsel serta awak media di X-Resto & Cafe Amurang, Rabu (3/5/2017) lalu. “Acara seperti itu sangat baik dalam upayakan menyelamatkan Yaki yang terus berkurang populasinya,” ucapnya. (jek)